Laman

Kamis, 11 November 2010

Kisah Wanita Tua dan Serabinya

Kisah Wanita Tua dan Serabinya

“ Serabine kaleh nggih ,mbah “ ( Serabinya dua ya, mbah)
“ Nggih neng..”
Aku menatap wajah tua yang penuh keriput itu. Dengan perlahan dituangkannya adonan tepung beras ke dalam cetakan berbentuk lingkaran.Diaduk-aduknya perlahan lalu ditutupnya dan kemudian dia diam, menunggu hingga matang.
Malam itu bayu berhembus cukup kencang, membelai lembut setiap jiwa yang dilewatinya. Aku bergidik, rasanya dingin menjelajahi setiap sendi dan tulangku. Tetapi wanita tua itu tak bergeming, dia masih saja asyik menjelajahi setiap sudut jejalanan yang mulai lenggang. Entah apa yang dia pikirkan, tetapi dia terlihat begitu menikmatinya.
” Putrane pinten mbah?? (Anaknya berapa mbah?)
” Tigo neng,”
” Lha simbah sadeanipun piyambakan?” (Simbah jualannya sendirian ?)
Dia mengangguk.
” Anak kulo sampun merdamel sedanten, boten teng griyo ” (Anak saya sudah bekerja semua, tidak di rumah).
” Mboten ndherek putranipun kemawon mbah? Kan boten usah sadean dalu-dalu kados mengaten?” (Tidak ikut anaknya saja mbah? Kan tidak usah jualan malam-malam seperti ini.)
Dia menggeleng.
” Mboten neng..Kulo boten purun ngrepoti anak-anak kula. Mireng piyambakipun sampun sukses kemawon kulo pun remen..” (Tidak neng, Saya tidak mau merepotkan anak-anak saya. Mendengar mereka sukses saja saya sudah senang).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar